Selasa, 29 Maret 2011

sejarah pasoepati

SEJARAH PASOEPATI

Sembilan Februari 2000 lahirlah kelompok suporter Pelita, bernama Pasukan Soeporter Pelita Sejati atau yang disingkat dengan sebutan “Pasoepati”. Sinergi Pelita Solo dan Pasoepati saat itu menjadi gairah baru yang mempersatukan publik bola Solo dan sekitarnya.
Pasoepati adalah hasil akal budi seorang praktisi periklanan Solo, Mayor Haristanto. Ia mengambil prakarsa ketika tak ada wong Solo berani jemput bola guna membangun organisasi suporter ketika publik bola Solo terserang euforia karena tiba-tiba hadir tim elit Liga Indonesia di kotanya.
Dengan menunggangi gairah warga Solo yang meluap, dipadu sinergi cerdas dengan media massa lokal dan nasional, Pasoepati meroket menjadi meteor di kancah persepakbolaan nasional. Namun seiring dengan berjalannya waktu, hengkangnya tim Pelita dari kota Solo beberapa tahun kemudian, membuat warga Pasoepati meradang dan merasa dikhianati oleh Pelita. Pasoepati pun mengganti singkatan mereka dengan sebutan Pasukan Soeporter Paling Sejati dengan mengusung tim asli daerahnya, Persis Solo sebagai tim kebanggaannya saat ini.
Sebagai sebuah kelompok suporter yang telah berdiri cukup lama, asam manis dunia “persuporteran” sepak bola Indonesia telah Pasoepati alami. Aksi kreatif dan atraktif di atas panggung tribun stadion hingga ulah kerusuhan suporter, telah dialami suporter asal Solo ini. Meski pernah terlibat kerusuhan, bukan berarti Pasoepati dipredikati sebagai suporter rusuh dan urakan. Seperti halnya budaya Jawa, wong-wong Solo (baca : Pasoepati) tetaplah dikenal sebagai suporter yang santun, baik ketika menjadi suporter di Solo maupun ketika bertandang ke kota-kota lain.
Pasoepati telah tercatat banyak sekali melakukan perjalanan tandang (baca : tour) ke kota-kota di Indonesia, baik ketika mendukung tim Pelita maupun tim saat ini, Persis Solo. Tour Pasoepati seperti telah menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh warga Pasoepati guna mendukung tim yang dibanggakannya berlaga di kota orang.

From Solo With Love (Surabaya,6 April 2000)

Tour Pasoepati yang bakal tidak akan terlupakan bagi warga Pasoepati tentu saja tour ke kota Surabaya. Ketika itu, sekitar 1850 warga Pasoepati sengaja datang ke kota Surabaya untuk memberikan dukungan langsung kepada tim Persis Solo yang akan berlaga melawan tuan rumah Persebaya Surabaya.
Dengan mengusung tema “From Solo With Love”, ribuan Pasoepati datang ke kota pahlawan dengan mencarter 12 gerbong kereta api dan berangkat dari stasiun Balapan Solo. Hari Kamis, 6 April 2000 jarum jam sudah menunjuk sekitar pukul 11:30 siang, ketika kereta api luar biasa yang ditumpangi oleh ribuan Pasoepati sampai di stasiun Gubeng, Surabaya.
Seketika, Surabaya dibuat kaget dengan kedatangan warga Solo yang didominasi warna merah nyala. Dari stasiun Gubeng, rombongan Pasoepati melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki menyusuri sisi jalan utama kota Surabaya dengan tujuan akhir stadion Tambaksari, sebuah stadion yang menjadi “markas besar” tim bajul ijo Persebaya Surabaya. Sepanjang perjalanan menuju stadion, ribuan Pasoepati juga mendapatkan pendamping dari kawan-kawan Persebaya Fans Club.
Sebagai bentuk “kulo nuwun” kepada publik kota Surabaya, Pasoepati telah mempersiapkan sebuah cindera mata berupa sebuah bunga sebagai bentuk kata cinta dari Solo kepada warga Surabaya. Sejak dari Solo, telah disiapkan puluhan bunga-bunga imitasi berwarna-warni dengan diikat sebuah kertas kecil bertuliskan tema “From Solo With Love” dan juga berupa ucapan pesan-pesan damai dari warga Solo untuk Surabaya. Bunga-bunga dibagikan kepada personil brimob, polisi lalu lintas, penjual buah, pengendara motor dan para pengguna jalan yang ditemui selama perjalanan menuju ke stadion.
Di dalam stadion Tambaksari, saat-saat yang dinantikan pun terjadi. Ribuan Pasoepati bersua dengan ribuan Bonekmania di tribun penonton. Bagi Pasoepati, sambutan Bonekmania ketika itu sangatlah miris. Datang dari Solo dengan membawa bunga tanda cinta untuk Surabaya, Bonekmania malah membalas dengan sajian lagu dengan lirik yang keras, “Buat apa Solo.. Buat apa Solo.. Solo itu tak ada gunanya!” Nyanyian singkat Bonekmania diluar dugaan malah disambut Pasoepati dengan riuh tepuk tangan. Pasoepati mampu berlapang dada menerima lirik lagu yang dinyanyikan oleh Bonekmania. Meski sebenarnya sakit, Pasoepati bisa berbesar hati.
Sentuhan manis Pasoepati kepada warga Surabaya beserta Bonekmanianya menjadi sesuatu yang tidak terduga dan memberikan sebuah kebanggaan tersendiri bagi warga Pasoepati. Jum’at, 7 April 2000 sebuah surat kabar harian SURYA pada halaman depannya memasang foto close-up aksi Pasoepati di Surabaya dengan disertai keterangan bertuliskan, “Senapan otomatis petugas Brimob diselipi bunga plastik, tanda kasih sayang dari suporter Pasoepati.” Akhirnya, pesan cinta dari Solo telah benar-benar sampai kepada sasaran yang dituju, yakni publik Surabaya.

From Solo With More Love (Malang,21 Mei 2000)

Sore hari di kawasan stadion Gajayana, hujan sangat deras mengguyur kawasan tersebut ketika konvoi bus Pasoepati yang berangkat dari Solo telah sampai di Malang. Tanpa ada komando, pesta pun dimulai. Meski hujan tetap deras mengguyur, anak-anak Pasoepati segera turun dari dalam bus yang mereka tumpangi.
Di halaman stadion Gajayana, mereka membuat lingkaran dengan kelompok suporter Aremania selaku tuan rumah. Mereka saling berangkulan, saling berbalas salam dan saling bergantian menyanyikan lagu kebanggaannya masing-masing. Kedua kelompok suporter itu terlihat sangat akrab dan bersahabat. Lantas, hal apa yang menjadikan mereka (Pasoepati-Aremania) begitu dekat dan sangat akrab? Bagi Pasoepati, Aremania dianggap sebagai guru mereka. Selain itu, kedua suporter juga sama-sama memiliki platform sebagai kelompok suporter yang sportif, kreatif dan anti rusuh.
Dengan mengusung tema “From Solo With More Love”, Pasoepati membuktikan cinta yang dibawanya untuk ribuan Aremania yang hadir di dalam stadion Gajayana. Publik Pasoepati membawakan banyak sekali cindera mata untuk sang guru, Aremania. Untaian bunga dengan ujung berupa tanda hati berwarna pink romantis, menjadi tanda cinta pertama yang diberikan Pasoepati kepada Aremania di dalam stadion. Selain itu, bungkusan kado-kado kecil berisi mainan khas Solo, paket-paket berisi benih tanaman sayur, boneka-boneka dan bungkusan berisi alat-alat rumah tangga menjadi tanda cinta berikutnya yang diberikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar